Dari Hasil Rakor, K-13 dan Tantangan Dunia Pendidikan di NTT

  • Bagikan
Dunia
Kepala Bagian Keuangan dan BMN Setditjen Dikdasmen Kemdikbud, Supriyono didampingi Kepala LPMP NTT, Minhajul Ngabidin dan Asisten III Ben Polo Maing berpose bersama saat Rakor implementasi kurikulum 2013 di Hotel Kristal Kupang, Rabu (15/3/2017).

Kupang, Delegasi.com – Dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), NusaTenggara Timur memang masih kalah dari provinsi lainya di Indonesia. Hal yang paling menonjol adalah tingkat kelulusan sekolah di provinsi ini masih berada di urutan paling buntut. Namun demikian upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikkan terus dilakukan pemerintah dan seluruh elemen yang ada.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) NTT tanpa henti juga ikut berupaya memperbaiki SDM di NTT khusus di dunia pendidikkan. Salah satu kegiatan yang sementara  buming dilakukan LPMP NTT adalah implementasi Kurikulum 2013 (K-13). Karena penyempurnaan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Baca Juga : Broker Forex Terbaik Yang Resmi di Rilis BAPPEBTI 2023

“Kurikulum 2013 mengedepankan sebuah proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inspiratif yang mampu menumbuhkan daya nalar siswa dengan baik,” tandas Kepala LPMP NTT, Minhajul Ngabidin kepada delegasi.com di sela-sela kegiatan Rapat Koordinasi implementasi kurikulum 2013 tahun 2017 di Hotel Kristal Kupang, Rabu,(15/3/2017).

Menurut Minhajul, dalam implementasinya, kurikulum 2013 menekankan pada upaya penguatan pendidikan karakter dan budi pekerti melalui penekanan pada kompetensi afektif dan kompetensi keagamaan.. Dikatakannya, kurikulum 2013 didasarkan pada 4 kompetensi inti yang harus di miliki oleh siswa, yaitu kognitif, afektif, psikomotor dan kompetensi religius.

Melalui implementasi kurikulum 2013 ini menurut Minhajul,  diharapkan akan tumbuh anak-anak yang memiliki karakter, memiliki motivasi dan daya juang yang tinggi untuk berprestasi, berani berkompetisi dan memiliki kemandirian.

Dia juga menjelaskan dalam implementasinya K13 juga menekankan pada upaya penguatan pendidikan kareakter dan budi pekerti melalui penekanan pada kompetensi afektif dan kompetensi keagamaan. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik tentang pentingnya nilai-nilai moral Pancasila, nilai-nilai kebersamaan dalam kebinekaan, sehingga dalam kehidupan bermasayarakat diwarnai dengan perbedaan suku, bahasa maupun agama, akan tetapi tetap terjaga dalam kehidupan yang harmonis, saling menghormati dan saling membantu

Dalam rakor evaluasi implementasi K13 kali ini,  Minhajul juga menjelaskan  bahwa Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap, dan mulai diujicoba secara terbatas pada tahun 2013/2014. Dan secara bertahap di NTT sejak 2013/2014 sebanyak 50 sekolah dengan ploting 4 kabupaten/kota yaitu Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS dan TTU. Kemudian pada 2014/2015 jumlah sekolah dan daerah plotingnya  masih sama.. Sementara tahun ajaran 2015/2016 jumlah  menjadi 225 sekolah dengan daerah ploting di 22 kabupaten/kota. Hingga saat ini sekolah di NTT untuk semua tingkatan (SD/SMP/SMA/SMK dalam binaan Kemdikbud sebnayak 7.225 sekolah.

“Proses pelaksanaan K 13 di sekolah baru pada tahun pertama hanya dimulai pada kelas awal (kelas I, IV untuk SD, Kelas VII untuk SMP dan kelas X untuk SMA/SMK). Selanjutnya pada tahun kedua dan seterusnya berlanjut sesuai kelanjutan kelas tersebut,” tandasnya.

Dijelaskan, pada tahun 2014/2015 sempat dilakukan ujicoba pada semua sekolah selama satu semester. Namun karena berbagai kendala teknis maka secara nasional dibatalkan dan kembali ke kurikulum 2006(kecuali sekolah ploting).

“Rundown selanjutnya dari pelaksanaan K-13 di NTT adalah; tahun 2017/2018 sebanyak 4753 sekolah (65%), tahun 2018/2019 sebanyak 7225 sekolah (100%). Sehingga dengan demikian  ditargetkan hingga tahun 2020/2021 semua sekolah sudah menerapkan K-13.,” tandas Minhajul.

Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, yang di wakili Asisten III Bidang Administrasi Umum, Benediktus Polomaing mengatakan, pendidikan adalah ujung tombak kemajuan sebuah bangsa. Bangsa akan menjadi maju apabila memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas atau bermutu tinggi. Menurut Lebu Raya, mutu bangsa di kemudian hari, di kecap oleh anak-anak sekarang terutama melalui pendidikan formal di sekolah di tengah perubahan jaman.

Perubahan sistem di Indonesia juga pasti ikut menyesuaikan. Lebu Raya berharap, pengembangan Kurikulum 2013 mampu menjadi jawaban untuk meningkatkan kemampuan SDM dalam menghadapi perubahan ini, dan dapat memberikan dampak positif bagi pembangunan pendidikan di Nusa Tenggara Timur, karena sungguh disadari bahwa pembangunan pendidikan di daerah ini dari tahun ke tahun semakin baik.//delegasi/hermen/germanus

 

Komentar ANDA?

  • Bagikan