Kisah Siswa Magang di Flotim: Sprei-Bantal Pakai Beli, Uang Makan Dari Pinjaman Bank

  • Bagikan

LARANTUKA, DELEGASI.COM – Masih seputar nasib para peserta magang di Jepang dan Taiwan asal Flotim selama berada di Bali, sebelum laporan peserta magang ke Polresta Denpasar dan 42 anak pulang kampung.

Kini, mencuat lagi yang terkait dengan suasana Mess Batanghari, bahwa Sprei dan Sarung Bantal untuk tidur pun dijual kepada Peserta Magang.

Baca Juga : Broker Forex Terbaik Yang Resmi di Rilis BAPPEBTI 2023

Demikian pula, dengan makan minum. Dimana, uangnya diambil dari bank peserta Magang, lalu diserahkan kepada Ibu Nur, (Istri RSN, red) untuk dikelolah. belanja di pasar.

“Beliau yang belanja di Pasar, lalu Kami Peserta Magang yang masak bergilir atau gantian piket masak begitu,” ujar Benediktus, salah satu peserta magang yang nginap di Mess Batanghari saat ditanyai Delegasi.Com, setelah tiba Larantuka, kemarin.

Satu Kamar Tidur untuk 8 orang anak laki-laki di Mess Batanghari. Yang sebelumnya dapur. //Foto: Delegasi. Com (BBO)

 

Besarnya uang makan per hari itu Rp.30.000. Awalnya, Kami 56 orang di Mess Batanghari. Sedangkan di Mahendradatta, dikasih Rp.140.000 per minggu / orang.

Setelah itu, ada 11 orang yang pulang hingga sisa 45 orang. Kami, 42 orang pulang, sedangkan sisa 3 orang masih di Bali.

Dimana dua orang masih tetap di Batanghari dan satu orang tinggal di rumah keluarga, “jelas Benediktus lagi.

Sedangkan, terkait pelatihan apa saja yang sudah diberikan, Benediktus sampaikan, di Larantuka, pelatihan Bahasa Mandarin sekitar 4 bulan, Bahasa Inggris selama 1 minggu.

“Sementara, selama di Bali, Bahasa Mandarin dan Inggris kurang lebih 2 bulan. Itu yang kami dapatkan.

Belum ada ketrampilan teknis lain yang dilatih,”tambahnya.

Ia juga menjelaskan, kalau niatnya ikut magang, selain mendapatkan penghasilan kerja yang lebih baik, namun untuk memperdalam pengetahuan dan keahliannya di bidang multimedia.

“Kalau soal makan sih baik juga seperti biasa. Tiga kali sehari. Hanya kondisi tempat tidur, dapur yang tidak terlalu baik. Kamar mandi dijadikan dapur.

Satu Kamar tidur untuk Kami delapan orang laki-laki.

Dan, ini berlangsung cukup lama. Kurang dari 10 bulan, yakni 23 November 2019 hingga 10 September 2020.

Itu sih tidak apa-apa sebenarnya. Karena yang paling penting adalah kejelasan nasib Kami untuk berangkat.

Tetapi, nyatanya seperti ini, sehingga membuat kecewa,”tukasnya, lagi.

Pada bagian lainnya, Rahman Sabon Nama bersama Tim Kuasa Hukumnya, dari Kantor Advokat Billy dan Partners, antara lainnya, Frederich Billy, Kaspar Gambar, Derry Firmansah, Lonny Rihi dan Gde Mulya Agus Jaya, dalam klarifikasinya, yang sempat dikirim ke Delegasi.Com, Larantuka, turut nyatakan keheranannya dengan adanya tindakan peserta magang yang lakukan pengaduan masyarakat di Polresta Denpasar.

Pasalnya, selama ini antara calon peserta yang tidak lulus tersebut sangat baik hubungannya.

“Mereka ditempatkan di asrama, diberikan uang makan dan dikuliahkan di salah satu Perguruan Tinggi terkenal di Denpasar secara gratis, selama mereka menunggu untuk proses lebih lanjut untuk kuliah sambil kerja di Taiwan,”jelas Rahman Sabon Nama, melalui Tim Kuasa hukumnya yang diwakili Frederich Billy, Rabu, 09/09/2020, Malam.

Dikatakannya, para peserta yang tidak lolos magang Jepang dan kuliah sambil kerja Taiwan, sebenarnya sudah sangat paham dengan keberadaannya.

Dibandingkan dengan yang sudah berangkat ke Jepang dan Taiwan.

Karena, sejak awal telah diberikan berbagai macam kursus, pelatihan untuk program ke luar.negeri.

“Namun, untuk masuk ke Universitas di Taiwan, pihak LPK Darma tidak dapat mengintervensi kampus yang ada disana,”tukas RSN dan Frederich Billy.

Demikian pula dengan urusan VISA masuk di Taipei Economic and Trade Office (TETO) Surabaya dan Jakarta.

Pun, tidak dapat keluar VISA nya. “Sekali lagi, LPK Darma tidak dapat intervensi pihak kedutaan,”tohoknya, lagi.

Sementara terkait dana yang disetor ke LPK Darma, selama ini seluruhnya untuk kepentingan calon para peserta sendiri.

Mulai dari biaya transportasi, kursus, urusan VISA, akomodasi dan konsumsi.

Bahkan, sampai dengan saat ini, jumlah biaya bagi para peserta tersebut melebihi dari dana yang disetor, “pungkasnya.

RSN juga nyatakan, para calon peserta saat itu, datang sendiri untuk daftar di BLK Dinas Tenaga Kerja Larantuka.

Setelah itu, LPK Darma dan Perwakilan STIKOM Bali, yakni RSN, datang untuk melakukan tes dan pembekalan di Larantuka.

// delegasi (BBO)

Komentar ANDA?

  • Bagikan