Polkam  

Membungkus Pancasila di Gereja Katedral Jakarta

Avatar photo
Membungkus Pancasila
Uskup dan Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) berfoto bersama di depan Garuda Pancasila Gereja Katedral (Kompas.com/YOGA SUKMANA)

Jakarta, Delegasi.com- Ada yang nampak berbeda di Gereja Katedral menyambut perayaan Natal tahun ini. Lambang burung Garuda Pancasila berukuran besar dipajang di salah satu sudut gereja.

Di sebelah kirinya, pot-pot tanaman disusun meninggi membentuk pohon natal. Sudut di Gereja Katedral itu dinamai Plaza Pancasila.

Tahun ini Gereja Katedral mengangkat tema Nusantara untuk menyambut Natal. Berbagai dekorasi di gereja yang dibangun pada 1901 itu pun tak lepas dari hal-hal yang terkait dengan Nusantara.

Bahan-bahan tradisional digunakan untuk dekorasi. Misalnya pohon natal dari ijuk, gapura dari bambu rotan, dan atap kanopi dibuat dari alang-alang.

Tema Nusantara diangkat bukan tanpa alasan. Sejak tahun lalu, Keuskupan Jakarta punya semboyan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Setiap tahunnya, masing-masing sila direnungkan dan diterjemahkan menjadi gagasan dan gerakan nyata.

Uskup Agung Jakarta Uskup Ignasius Suharyo mengatakan, Keuskupan Jakarta di Gereja Katedral bahkan memilki dua kata kunci yang selalu disampaikan kepada jamaat gereja terkait Pancasila.

“Pertama adalah merawat ingatan bersama. Jadi antara lain (menyampaikan) bagaimana istilah, sejarah dari Pancasila itu,” ujarnya di Gereja Katedral, Jakarta, seperti dirilis kompas.com, Minggu (24/12/2017).

Sejarah Pancasila tidak sebatas berkutat pada peristiwa Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan 29 Mei – 1 Juni 1945. Namun mundur jauh ke masa kebangkitan nasional mulai awal tahun 1900-an.

Termasuk diantaranya dari terbentuknya organisasi Boedi Oetomo 20 Mei 1908, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, hingga Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Sejarah itu kembali digaungkan untuk merawat ingatan bersama tentang identitas nasional dan kemajemukan bangsa Indoneisa.

Kedua, kata kunci yang digunakan Keuskupan Jakarta untuk menanamkan Pancasila kepada jemaah Gereja Katedral adalah tanggung jawab sejarah.

Betul, Indonesia memiliki sejarah perjalanan bangsa yang besar. Namun hal itu akan percuma bila masyarakat tidak memiliki tanggung jawab menjaga apa yang sudah dicapai tersebut.

“Kita punya warisan yang bukan main hebatnya. NKRI dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Nah kita punya tanggung jawab bersama untuk menjaga itu semuanya,” kata Suharyo.

“Dan tentu saja kita punya tanggung jawab bersama untuk menjaga itu semua dengan cara kita yang berbeda-beda mengembangkannya,” sambungnya.//delegasi(kompas.com/hermen)

Komentar ANDA?