Rupiah Melemah dan Tembus Rp 15.000 per Dolar AS, Ini 5 Penyebabnya

  • Bagikan

 

Jakarta, Delegasi.Com- Nilai tukar mata uang rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.

Baca Juga : Broker Forex Terbaik Yang Resmi di Rilis BAPPEBTI 2023

Hingga Rabu (5/9/2018) malam, nilai tukar rupiah berada pada level 14.946,45 per dolar Amerika.

Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan nilai mata uang kita terus menurun sampai bulan September 2018 ini?

Dirili tribunnews, Simak hasil rangkuman Grid.ID dari Kompas berikut ini!

1. Neraca perdagangan defisit

Dikutip dari Kompas.com, salah satu penyebab melemahnya rupiah adalah karena neraca perdagangan yang defisit.

Berdasarkan data yang ada, neraca perdagangan Indonesia sebenarnya sempat surplus pada bulan Maret sampai Juni 2018.

Namun secara tahunan, neraca perdagangan kita defisit sebanyak 1,02 miliar dolar AS.

2. Kinerja perdagangan yang kurang optimal

Perdagangan di dalam negeri yang kurang optimal membuat rupiah terus melemah terhadap dolar AS.

Kondisi ini disebabkan juga oleh penyebab yang pertama yakni neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit dan kemudian berimbas ke defisit transaksi berjalan.

Namun hal ini tak hanya terjadi pada rupiah saja melainkan terhadap mata uang dari berbagai negara lain.

3. Yield Spread

Adanya yield spread antara US Treasury atau surat berharga pemerintah AS dan Surat Berharga Negara tenor 10 tahun yang semakin lebar juga turut berpengaruh pada melemahnya rupiah.

Bima Yudhistira selaku peneliti Institute of Development for Economics and Finance mengatakan, semakin lebar yield spread maka investor asing akan cenderung menjual surat utang Indonesia.

4. Sistem perbankan dan perang dagang

Menurut Shanti Rachmand selaku Presiden ASEAN International Business, ada 2 hal lagi yang membuat nilai rupiah anjlok.

Pertama adalah infrastruktur sistem perbankan yang kurang memadai.

Kedua yakni trade war atau perang dagang yang disinyalir memperburuk kondisi keuangan global.

 

4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II

Pertumbuhan ekonomi triwulan II pada tahun 1998 sebesar minus 13,34%, sedangkan pada 2018 Pertumbuhan ekonomi triwulan II sebesar 5,27%.

5. Inflasi Bulan Agustus

Pada bulan Agustus 1998 tingkat inflasi sebesar 78,2%, sedanngkan pada bulan Agustus 2018 inflasi 3,2%.

6. Angka Kemiskinan

Pada tahun 1998, angka kemiskinan sebesar 24,2% atau sebanyak 49,5 juta orang, sedangkan tingkat kemiskinan pada 2018 sebesar 9,82% atau sebanyak 25,9 juta orang.//delegasi(tribunnews)

 

Komentar ANDA?

  • Bagikan