Tanpa Pamrih Kader Desa Tetap Dorong Gerobak Cinta Gempur Stunting

  • Bagikan
Ibu Elsa Witin, sedang memberikan asupan gizi pada Bayi Badutanya, Januarius Udje Soge (1,11), Kamis, 06/08/2020, Sore, (Delegasi.Com/BBO)

LARANTUKA, DELEGASI.COM – Kerja Para Kader Desa dalam ikut ‘mendorong’ Gerobak Cinta menggempur Stunting, dengan setiap hari memberikan asupan gizi melalui menu empat bintang, yakni Sorgum, Beras, Kelor, Telur puyuh atau lauk pauk lainnya, seperti yang dilakukan para Kader Posyandu Soga Lewo, Desa Lewotobi Ile Bura, Flores Timur, patut diberi apresiasi besar.

Meskipun, mereka harus kerja tanpa upah yang besar dan Alat Pelindung Diri (APD) di tengah Pandemi Covid-19 yang j x masih mengancam hingga kini.

Baca Juga : Broker Forex Terbaik Yang Resmi di Rilis BAPPEBTI 2023

Sebagaimana pantauan maupun fakta lapangan yang direkam Delegasi.Com, sejak launching serentak Gerobak Cinta Gempur Stunting dengan Solor (Sorgum-Kelor) di wilayah Kecamatan Ile Bura, beberapa waktu lalu yang melibatkan berbagai unsur terkait, mulai dari Puskesmas Ile Bura, Pemerintah Kecamatan, Jajaran Muspika hingga Pemerintah Desa, terlihat para Kader Posyandu Soga Lewo, yang diketuai Ibu Teresia Mukin, bersama PKK Desa Lewotobi terus ‘tancap gas’ memberikan asupan gizi bagi 5 Bayi Bawah Dua Tahun (Baduta) yang dikategori Stunting.

“Iyah betul Pak, Kami langsung gerak setelah launching serentak itu. Pengelolaannya selama ini adalah Kami Kader ada 6 orang, ditambah PKK 3 orang, masak di rumah sasaran Bayi Baduta setiap hari, pagi dan sore.

Lalu, diberi makan pada Bayi Baduta itu.

Tetapi, sebelum itu Kami juga lakukan konseling kepada Orang tua Bayi Baduta tersebut, agar ikut paham gerakan ini, dan bisa lebih punya perhatian kedepan.

Karena, program ini kan sifatnya hanya stimulan.

Dan, hanya sampai 90 hari saja, yakni berakhir pada bulan September ini,”jelas Teresia Mukin, saat dikunjungi Delegasi.Com dikediamannya, Kamis, 06/08/2020, Siang.

Menunya itu, sambung Teresia Mukin, harus empat bintang yakni Sorgum, Beras, Kelor dan Telur Puyuh, Ayam, Ikan atau bisa juga lauk pauk lainnya, dan buah-buahan, seperti Pisang, Pepaya atau jenis buah lainnya.

Dikatakannya, jam makan pagi Bayi Baduta juga diatur agar tak lebih dari jam 09.00 pagi.

Demikian pula dengan sore hari, diupayakan sebelum jam 06.00.

Ia juga jelaskan, kalau kondisi Bayi Baduta sasaran hingga kini sudah makin membaik.

“Syukurlah Pak, semuanya sudah makin baik. Memang, ada dua Bayi Baduta yang membuat Kami betul-betul fokus, dan hasilnya mulai menggembirakan,”tukasnya lagi.

Meski demikian, ketika disodor pertanyaan, apakah kerja keras para Kader ini diberikan juga dengan imbalan berupa upah yang layak, serta adakah Alat Pelindung Diri (APD) yang dibagikan saat berada di rumah sasaran Bayi Baduta?

Pasalnya, dari amatan Delegasi.Com, terlihat ada Kader Desa yang tak bermasker saat berkunjung ke rumah Bayi Baduta.

Teresia Mukin pun dengan nada agak pelan menyatakan, pihaknya hanya tahu kerja saja untuk selamatkan 5 Bayi Baduta Stunting itu.

“Prinsip Kami adalah ini juga Anak-anak Kami. Dan, kalau kita kerja sukses pasti ada rejekinya. Ada pun syukur, tidak ada pun syukur,”pungkasnya.

Sedangkan untuk APD, Ketua Kader Posyandu Terbaik Tingkat Flotim, yang pernah mewakili Flotim lomba Kader Posyandu Terbaik tingkat Propinsi NTT beberapa tahun lalu di Kupang itu, secara polos mengaku kalau pihaknya memang tak ber-APD seperti bermasker saat di rumah Bayi Baduta.

“Bukan juga disengaja Pak, tapi mungkin karena sibuk sana sini, sehingga lupa pakai. Terima kasih, Pak atas masukannya,”imbuhnya.

Sementara itu, Dua orang Ibu Bayi Baduta sasaran yang sempat ditemui Wartawan, Kamis, 06/08/2020, Sore, mengaku senang kalau Bayinya mulai ada perubahan pola makannya.

Pun berat badannya juga mulai naik.

“Memang, ada perubahan pola makan dan berat badannya. Bayi sudah lebih semangat, walau pelan-pelan makannya,”ujar Ani dan Elsa, dua Ibu Bayi Baduta tersebut saat didatangi dikediamannya masing-masing.

Keduanya, berharap Bayinya sudah bisa lebih naik berat badannya saat masa 90 hari berakhir.

Ibu Elsa, misalnya, saat ditanyai apakah setiap kali makan itu selalu habis?

Elsa katakan, tidak habis.

Biasanya, hanya beberapa senduk makan, setelah itu tidak mau lagi.

“Cuman, kalau buah pisang, Bayi saya selalu habisin. Yah, mungkin karena masih kecil. Umurnya 1 tahun, 11 bulan,”ujarnya, tersenyum saat diajak dialog ketika sedang memberi makan Bayinya.

//delegasi (BBO)

Komentar ANDA?

  • Bagikan