Si Bolang Dari Heras, Jual Buah Hutan, Di Tengah ‘Libur Covid-19″

  • Bagikan
Anak-Anak Heras, Larantuka berburu jual buah hutan 'La'ak' cari uang di tengan Pandemi Covid-19..(Delegasi.Com/BBO)

 

LARANTUKA DELEGASI.COM –Agak unik dan menarik, tatkala anda melintasi jalan trans Larantuka-Maumere, tepatnya di areal sekitar Heras-Bama saat ini.

Dimana, Anda akan menjumpai sekelompok anak-anak usia Sekolah Dasar dan Menengah Pertama yang lagi giat setiap hari, sejak pagi hingga sore di pinggir jalan menjajahkan buah hutan, yang lazim disebut La’ak.

Sejenis buah hutan yang berwarna hijau saat masih muda, warna kuning saat setengah masak dan warna merah total saat sudah masak, yang enak dimakan.

Mirip seperti menikmati buah Anggur. Kira-kira begitulah.

Mereka berkelompok-kelompok di beberapa titik.

Ada yang tiga orang satu kelompok, ada yang 4 sampai 8 orang satu kelompok.

Giat ini dilakukan Anak-anak Sekolah, yang umumnya ‘dirumahkan’ pihak sekolah, karena Pandemi Covid-19.

Mungkin saja, bertepatan dengan waktu musim matangnya buah La’ak.

Elmon dan Iken, sedang tunggu pelaku perjalanan untuk jajan buah ‘La’ak’ di jalan Trans Larantuka-Maumere, areal Heras-Bama. Di tengah Pandemi Covid-19 tanpa bermasker. (Delegasi.Com/BBO)

 

Maklum, areal antara Heras menuju Bama, penuh dengan pohon ini.

Sehingga tak salah, jika waktu luang musim ‘liburan Covid-19′ yang cukup panjang dimanfaatkan anak-anak Heras untuk mencari rejeki tambahan.

Lumayan juga uang yang diraup, sehari bisa tembus Rp.50.000.

Tergantung dari berapa banyak ikat buah La’ak yang dipetiknya dan habis terjual.

Apalagi, mereka harus bersaing diantara sesama teman yang ada.

Akan halnya disampaikan Elmon, Iken dan Wilem, saat dihampiri dan ditemui Delegasi.Com belum lama ini, ketika dicegat anak-anak ini untuk minta dibelikan.

Biasanya, saat melintas, mereka berdiri memberi salam sambil menunjukkan buah La’ak di tangannya yang sudah diikat jadi satu kumpul, minta dibeli.

“Bapak, tolong beli buah dulukah. Harganya Rp.10.000 per ikat Pak,”spontan Elmon menawarkan buah La’ak yang ada ditangannya.

Tak mau kalah, Igen di sampingnya menyambung, “Beli satu dulukah Ibu. Buat makan di rumah,”.

Sementara, teman lainnya, Wilem hanya duduk saja.

Ia senyum-senyum saat ditanya sejak kapan mulai jualan buah La’ak ini.

Ia lalu jelaskan, kalau sudah beberapa minggu ini sejak “liburan Covid-19’.

“Daripada di rumah saja, setelah Kami kerja tugas sekolah yang diberikan, Kami pergi cari buah Laak jual. Yah, biar dapat uang. Satu hari ada yang dapat Rp.30.000-Rp.50.000 tergantung berapa ikat buah yang dipetik,”sebut Wilem, tersenyum malu sambil memalingkan wajahnya.

Sedangkan, Elmon dan Iken tetap berdiri menenteng buah Laak ditangannya.

Ketiganya mengaku duduk di Sekolah Dasar Mokantarak.

Lepas dari itu, ceritra giat ‘Si Bolang’ dari Heras menjual buah Laak, di tengah masa ‘dirumahkan’ akibat Pandemi Covid-19, juga memberikan pesan bahwa di situasi sulit seperti ini, anak-anak Sekolah pun memainkan kreativitasnya mencari uang demi asap di dapurnya.

Musim panen buah hutan ‘Laak’ pun, disulap jadi panen uang harian.

Jalan trans Larantuka-Maumere, area Heras-Bama yang saban hari nampak sepi, kaget diubah ba’h pasar, walau tak seramai Pasar Inpres Larantuka.

Harga pun standar tetap Rp.10.000 per ikat. Tak seperti harga-harga di Pasar Inpres Larantuka, Oka Lamawalang, Wawerang atau Waiwadan, yang naik sesuka hati penjual, yang sempat bikin Wakil Bupati Flotim, Agus Boli berang saat sidak belum lama ini.

Meski demikian, Anak-anak ini terlihat cukup rentan terjangkit Pandemi Covid-19.

Pasalnya, rata-rata tak bermasker saat jajan buahnya berpapasan dengan para pelaku perjalanan.

“Ini mesti diawasi juga oleh Satgas Covid-19 Kabupaten. Paling tidak, turun membagi Masker dan ingatkan selalu jaga jarak dengan para pelaku perjalanan,”ujar Mama Ocha saat ngobrol santai bersama Delegasi.Com ketika ikut berhenti sejenak bertemu anak-anak penjual buah Laak itu.

“Memang, baik juga anak-anak isi waktu luang cari uang seperti ini, tapi berbahaya kalau tak diawasi, karena jalur jalan raya ini ramai tiap hari dengan para pelaku perjalanan, apalagi NTT masih dalam zona merah Covid-19,”pungkasnya mewanti-wanti.

Kendatipun, ada pelaku perjalanan yang memilih berhenti untuk beli, namun tak sedikitpun yang jalan terus.

//delegasi (BBO)

Komentar ANDA?

  • Bagikan